Kuberikan Kenikmatan Sex Untuk Nisha

Kuberikan Kenikmatan Sex Untuk Nisha 

Padahal apabila ia menoleh ke kiri, sudah tentu ia bisa melihat dengan jelas pemandangan Nisha yang sedang menungging kelelahan dengan tangan-tangan Pak Rendi yang masih melekat di vagina Nisha. Pak Rendi kembali mendapatkan ide licik. Mendadak tangannya kembali bergerak mengocok vagina Nisha tanpa aba-aba.

“Hymphh!” Nisha yang hendak menjerit segera menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya sehingga suara jeritannya teredam.

Walaupun mabuk berat, setidaknya Nisha masih bisa mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menjerit-jerit dihadapan Pak Halim, tetangga Pak Rendi itu. Sarung tangan satin Nisha tampak cukup efektif untuk meredam suaranya. Pak Rendi terkekeh-kekeh berusaha menahan tawa saat melihat Nisha menutup mulutnya.

“Lho? Kenapa kamu tutup mulut? Ayo dong, nyanyi lagi seperti barusan! Supaya didengar Pak Halim!” ejek Pak Rendi lewat bisikan di telinga Nisha sambil mempercepat gerakan jarinya sehingga Nisha makin kewalahan menahan suaranya.

“Hhrmphh… mmmphh!! Mph!!” Suara-suara tertahan kian bergema didalam mulut Nisha. Walaupun tangannya kian erat menutupi mulutnya, namun Nisha tidak mampu untuk menahan suaranya lebih lama lagi, apalagi saat merasakan orgasmenya kian mendekat.

Suara-suara jeritan Nisha sesekali terdengar saat ada celah di jari-jari Nisha. Namun suara itu juga tidak begitu jelas terdengar. Andaikata Pak Halim tidak ada disitu, Nisha sudah pasti menjerit-jerit dengan keras karena kenikmatan di vaginanya itu.

Pak Rendi terus berusaha untuk membuat Nisha takluk dan menjerit untuk mempermalukan Nisha, namun tetap saja Nisha bersikeras untuk menutup mulutnya. Anehnya, suasana tegang karena takut ketahuan justru memberikan dorongan seksual tersendiri bagi Nisha. Agen Bola Terpercaya

“HMPP…PPF!! MMM!!!” Dengan diiringi lenguhan tertahan yang keras, mata Nisha membelalak, seluruh otot tubuhnya menegang dan punggungnya melengkung ke atas.
Pak Rendi terkejut saat jarinya tiba-tiba terasa terjepit oleh dinding-dinding vagina Nisha sebelum dibasahi oleh hangatnya cairan cinta Nisha yang mengucur dengan deras dari vagina Nisha.

Rupanya Nisha berhasil mencapai orgasmenya sekali lagi. Nisha menyandarkan kepalanya ke pagar balkon villa itu untuk beristirahat. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan.

“Wah, hebat juga orgasmenya! Ayo, kita lanjut ke ronde dua!” Dengan penuh semangat, Pak Rendi melucuti seluruh celananya sehingga penisnya yang besar langsung mengacung tegak dihadapan vagina Nisha yang masih tertungging lemas di pagar balkon.

Diolesinya penisnya dengan cairan cinta Nisha yang masih tersisa di telapak tangannya sambil sesekali mengurut penisnya, Pak Rendi sesekali juga mencolek-colek vagina Nisha untuk mengambil cairan cinta Nisha untuk kemudian dipergunakannya cairan itu sebagai pelumas penisnya. Setelah beberapa lama, penis Pak Rendi pun kembali berkilauan akibat olesan dari cairan cinta Nisha. Pak Rendi segera merangkul pinggang Nisha sambil memposisikan kepala penisnya dibibir vagina Nisha.

“Ookh… Oohh!” tanpa sadar Nisha lupa untuk menutup mulutnya dengan tangan sehingga terdengarlah suara lenguhannya saat penis besar Pak Rendi memasuki vaginanya.

Pak Rendi terdiam sejenak karena sadar bahwa suara itu bisa saja terdengar oleh Pak Halim. Namun anehnya, Pak Halim masih sibuk membaca korannya dengan wajahnya yang tertutup lembar-lembar koran itu. Sepertinya earphone di telinganya disetel dengan volume yang tinggi sehingga ia sulit mendengar suara disekitarnya.

Belum puas mengerjai Nisha, Pak Rendi menarik pinggang Nisha kearah kanan plafon itu sehingga kini posisi Nisha menungging tepat didepan balkon Pak Halim. Seolah hendak memamerkan caranya menggagahi pengantinnya itu kepada Pak Halim.

“Eeghmmm…” desah Nisha sambil sedikit menutup mulutnya kembali saat Pak Rendi memajukan pantatnya perlahan sehingga penisnya semakin terbenam di dalam lubang pipis Nisha.

Nisha tidak merasa begitu sakit lagi karena lubang vaginanya terbuka lebih lebar sedikit akibat dionani dengan dua jari Pak Rendi sebelumnya. Malah Nisha merasa nikmat sekali dengan sensasi gesekan antara dinding vaginanya dengan penis besar milik Pak Rendi. Rasa sesak akibat diameter penis Pak Rendi yang memenuhi rongga vagina Nisha juga memberi sensasi tersendiri yang merangsang syaraf-syaraf vagina Nisha.

“Hmmm…” Nisha mendesah pelan dengan mulut tertutup saat Pak Rendi perlahan-lahan menarik keluar penisnya dari vagina Nisha hingga hanya tersisa pangkal penisnya yang masih terbenam dalam vagina Nisha. Rasa gesekan di klitoris Nisha yang tergesek saat penis itu ditarik mundur memberi sensasi rasa geli yang menggelitik tiap syaraf di vagina Nisha.

“MMMPH!” Nisha menjerit saat tiba- tiba Pak Rendi menghentakkan pinggangnya maju kedepan sehingga penisnya langsung tertancap membenam hingga kedasar liang vagina Nisha.

Pak Rendi lalu mencengkeram pinggang Nisha dan menggoyangkannya pelan-pelan sehingga penisnya mengaduk-aduk kemaluan Nisha. Pak Rendi juga kembali memijat pinggang Nisha seperti sebelumnya sehingga Nisha semakin kewalahan akibat tambahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya.

“Mmm… mmm… mmm…” Nisha hanya menggoyang-goyangkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya itu sementara kedua tangannya masih sibuk menutupi mulutnya dengan erat. Pak Rendi membiarkan Nisha terbiasa dengan sensasi akibat goyangan pinggangnya selama beberapa menit sebelum ia tiba-tiba melepaskan pinggang Nisha.

“Hmm?” Nisha terkejut sesaat. Nisha segera menoleh kebelakang melihat Pak Rendi dengan raut wajah kecewa karena kenikmatannya terhenti.

“Ayo, giliran kamu yang goyang!” perintah Pak Rendi.

Tanpa ragu lagi, Nisha segera menggoyangkan pantatnya untuk mempermainkan penis Pak Rendi dengan vaginanya. Pantat Nisha bergoyang naik-turun menarik keluar sebagian penis Pak Rendi sebelum Nisha menghentakkan pantatnya mundur tiba-tiba sehingga penis Pak Rendi langsung terbenam dengan cepat ke dalam vaginanya.

“Huaah… aagh… egh…” Pak Rendi mendesah penuh kenikmatan saat merasakan rasa hangat dan lembut dalam vagina Nisha yang terus memainkan penisnya dengan goyangan-goyangan erotis pantatnya.

Pak Rendi terus meresapi kenikmatan dalam rongga vagina pengantin cantiknya itu. Betapa bangganya Pak Rendi saat mengingat kesuksesannya untuk mendapatkan layanan khusus dari liang vagina Nisha yang begitu banyak diincar oleh para lelaki di kantor mereka. Lama kelamaan, Pak Rendi merasa bosan dengan goyangan Nisha walaupun penisnya terasa cukup nikmat.

Pak Rendi sudah cukup bersabar dengan goyangan Nisha dari tadi untuk menarik perhatian Pak Halim yang dari tadi masih saja menempelkan matanya di koran. Harapannya untuk mempermalukan Nisha dengan cara mempertontonkan adegan dimana Nisha yang masih berbusana pengantin sedang memompa penisnya maju mundur kepada Pak Halim mulai sirna.

“Sialan si Halim itu! Padahal ada pemandangan bagus begini, malah koran yang dilihatnya! Dasar kutu buku tolol! Buta apa?!” ngoceh Pak Rendi dalam hati.

Pak Rendi yang sudah tidak sabar lagi segera mencengkeram pinggang Nisha dan menghentakkan pinggangnya dengan keras kedalam vagina Nisha.

“AAAAH!” Nisha menjerit keras.

Karena dilakukan secara mendadak, Nisha yang terkejut tanpa sadar melepaskan tangannya sehingga suara jeritannya meledak. Pak Rendi yang kesal terus menghentak-hentakkan penisnya didalam vagina Nisha. Nisha tahu tangannya kini tidak akan cukup lagi untuk mehanan suaranya, sehingga Nisha tidak punya pilihan lain selain menyumpal mulutnya dengan kain slayer yang tersibak kewajahnya dan menggigit kain itu sekeras mungkin untuk menahan jeritan histerisnya yang siap untuk meledak kapan saja. Selama 5 menit, Pak Rendi memompa penisnya keluar masuk dari vagina Nisha. Suara yang keluar dari mulut Nisha sudah tidak jelas sama sekali apakah itu suara desahan, jeritan atau erangan. Nisha benar-benar merasa tersiksa karena jeritannya tertahan dan rasa sakit di tenggorokannya akibat suaranya diredam paksa.

“Hrggh… Eerghh…” Pak Rendi tidak bisa lagi berlama-lama menahan dirinya. Dengan diiringi sebuah hentakan keras ke dalam vagina Nisha, Pak Rendi pun menggeram keras dan menyemburlah sperma Pak Rendi kedalam vagina Nisha.

“Hmm… phh??” Nisha terkejut sejenak saat merasakan sperma Pak Rendi menyemprot hingga ke dasar vaginanya. Pak Rendi membiarkan penisnya tertancap kedalam vagina Nisha sejenak untuk mengeluarkan seluruh spermanya itu.

Saat penis itu tercabut dari vagina Nisha, terlihat jelas lelehan putih sperma Pak Rendi ikut keluar dari celah-celah vagina Nisha yang masih menungging itu. Pak Rendi tersenyum puas dan dibelainya tubuh Nisha. Namun tiba-tiba ia merasakan tubuh Nisha bergetar pelan seperti menggigil saat membelai Nisha. Pak Rendi dengan perasaan cemas segera melihat keadaan Nisha.

Betapa terkejutnya Pak Rendi saat melihat wajah Nisha yang sudah berlinangan air mata sedang menangis sesunggukan dengan slayer yang masih tersumpal didalam mulutnya. Entah bagaimana, hati Pak Rendi terasa sakit dan kasihan melihat Nisha yang tampak tersiksa itu.

Bagaimanapun juga ia menikahi Nisha atas dasar rasa cintanya pada wanita itu sejak dulu dan mungkin perbuatannya untuk balas dendam dengan mempermalukan Nisha sudah kelewatan sehingga malah menyakiti wanita yang dicintainya itu.

Pak Rendi segera mengusap airmata dari wajah Nisha dan merangkulnya dari belakang. Dilepasnya slayer yang masih digigit oleh Nisha dengan pelan. Pak Rendi bisa merasakan getaran tubuh Nisha dan juga peluh yang membasahi sekujur tubuh wanita malang itu.

“Sha, maaf ya… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Pak Rendi dengan penuh kekhawatiran.

Nisha yang masih sesunggukan hanya mengangguk pelan. Tanpa menghiraukan Pak Halim lagi, Pak Rendi segera membimbing Nisha masuk ke dalam kamar mereka. Slayer, tiara dan kontak lens Nisha dilepas, Pak Rendi lalu membaringkan Nisha di ranjang mereka tepat disamping Alyssa dan melepas sepatu Nisha.

“Kamu capek kan? Ayo tidur dulu ya.” Pak Rendi segera menyelimuti tubuh Nisha dengan selimut dan membaringkan tubuhnya disamping Nisha. Sejenak Pak Rendi merenungi kejadian hari itu dan apa yang telah dilakukannya dengan Nisha. Ekspresi puas tampak menghiasi wajahnya, walaupun ia juga agak menyesali perlakuannya pada Nisha barusan. Perlakuannya memang kelewatan.

Bagaimanapun juga Nisha pasti punya harga dirinya sendiri sebagai seorang wanita. Pak Rendi lalu memutuskan untuk kembali minta maaf.

“Eh, Sha…” Togel Singapura Saat Pak Rendi menoleh ke wajah Nisha untuk meminta maaf sekali lagi,

Rupanya Nisha sudah tertidur lelap karena kelelahan. Wajah tidurnya tampak menawan bagaikan wajah malaikat, apalagi dengan gaun putihnya dan riasan pengantin di wajahnya yang semakin memperkuat kesan “angelic” dari tubuhnya. Pak Rendi hanya tersenyum kecut sebelum akhirnya ikut tertidur sambil memeluk tubuh lembut Nisha.

Demikian Nisha yang sekarang ini menyadari betapa dalamnya cinta Pak Rendi pada dirinya yang jauh melebihi rasa cinta yang diberikan oleh Aldy. Bagi mereka saat ini, ikatan mereka sudah layak bagi sepasang suami-istri yang saling mencintai, dimana mereka akan terikat dan setia satu sama lain dalam pernikahan mereka selama-lamanya.